Senin, 20 April 2015

Pengambilan Keputusan Pembelian Merk Laptop Dipengaruhi Oleh Lingkungan Sosialnya



           
 ~Franciskus Tegar Adhi Dharma/131004908~


            Perkembangan teknologi pada jaman sekarang mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Terutama di bidang teknologi informasi, baik dari perangkat keras ataupun perangkat lunaknya. Perkembangan teknologi informasi yang luar biasa terasa dalam perkembangan komputer. Yang pada awalnya penggunaanya hanya terbatas di atas meja saja atau sering disebut komputer desktop (komputer duduk). Kemudian seiring berkembangnya pola pikir manusia, munculah laptop yang dapat dipindah-pindah ke tempat lain.
            Dengan hadirnya laptop, menjadikan barang ini sebagai kebutuhan utama bagi masyarakat dalam keseharianya, terutama para mahasiswa. Dengan ini meningkat pula permintaan pasar pada produksi laptop. Penjualan laptop di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu. International Data Corporation (IDC), sebuah perusahaan global asal Amerika yang bergerak di bidang riset pasar dan analisis khusus dalam hal teknologi informasi, telekomunikasi, dan teknologi konsumen, mengatakan bahwa pasar laptop di Indonesia akan menjadi yang terbesar se Asia Tenggara. Bahkan, situs Marketeers juga memprediksikan bahwasanya hingga tahun 2015, penjualan laptop di Indonesia per tahun diperkiran bisa mencapai 5,3 juta unit (Iqbal; 2014).
            Bertambahnya jumlah permintaan terhadap laptop, maka bertambah pula tingkat produksi laptop. Tingginya permintaan terhadap laptop membuat banyaknya merk-merk laptop bermunculan, dan persaingan antar produk merk laptop kian marak. Dengan banyaknya merk laptop tersebut, para konsumen mencoba memutuskan merk laptop apa yang akan ia beli. Pada tahap ini keputusan para konsumen tidak bisa dipungkiri dapat terpengaruh oleh factor-faktor lain di luar individu atau konsumen. Menurut Basu Swasta dan Hani Handoko (Dalam Prayatna), perilaku konsumen dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
            Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan bahwa, factor-faktor yang mempengaruhi pembelian adalah factor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Namun dalam penelitian ini akan lebih memfokuskan pada faktor sosial, karena konsumen dalam membeli sesuatu barang sebagian besar terpengaruh oleh lingkungan sosial yaitu pergaulanya, yang mengelilingi konsumen.
Perilaku konsumen merupakan bidang ilmu yang mempelajari cara suatu individu, kelompok dan organisasi dalam memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan barang dan jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka (Kotler & Keller,2009).Setiadi (dalam Achmad, 2012) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Dan faktor budaya memiliki pengaruh yang paling luas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen
            Keputusan pembelian suatu barang sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, dan pribadi. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar. Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk – makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapat seperangkat nilai persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga – lembaga sosial penting lainnya (Kottler dan Keller,2007).
Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial seperti kelompok acuan atau referensi, keluarga serta peran dan status sosial (Kotler dan Keller dalam Achmad2012). Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang disebut kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga, rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus – menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder seperti kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan, yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.
Setiap manusia dalam kehidupan sehari – harinya selalu bersosialisasi atau berhubungan dengan orang lain. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi yang terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi perilaku pembeliannnya. Hasil penelitian menurut Syah (2008) dalam “Pengaruh Faktor Psikologi dan Faktor Sosial terhadap Keputusan Pembelian Komputer di Lingkungan Mahasiswa (studi kasus pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang)” menunjukkan bahwa faktor sosial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
 Untuk mendapatkan kedalaman data yang kemudian akan digunakan dalam kesimpulan, maka dibawah ini adalah pertanyaan - pertanyaan yang akan diajukan kepada responden.

Dimensi
Pertanyaan
Sense
Apa yang Anda lihat atau rasakan saat membeli laptop yang bermerk?
Bagaimana anda memutuskan merk laptop yang anda beli?
Feel
Apa yang Anda rasakan ketika telah memutuskan suatu merk laptop yang anda beli?
Think
Dari mana anda mengetahui tentang laptop tersebut?
Apakah anda pernah bertanya kepada teman anda tentang laptop merk mana yang harus anda beli?
Bagaimana tanggapan anda jika teman anda memberikan solusi atau saran tentang merk laptop apa yang harus dibeli?
Act
Siapa yang anda ajak untuk menemani anda untuk membli laptop, dan kenapa alsannya?
Bagaimana peran orang yang anda ajak untuk menemani anda dalam pembelian laptop?
Relate
Bagaimana tangggapan teman anda jika anda telah membeli sebuah laptop baru?
Apakah merk laptop anda sama dengan orang yang memberi saran kepada anda, kalau tidak tolong jelaskan?
Pengaruh apa yang anda alami setelah membeli laptop baru tersebut?
Apakah anda sering melihat teman anda dalam pergaulan keseharian anda menggunakan merk laptop yang sama?

Pembahasan
            Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang mahasiswa yang mempunyai intensitas dalam penggunaan laptop yang tinggi. Bukan hanya si responden lingkungan keseharian responden juga mempunyai intensitas penggunaan laptop yang cukup tinggi. Saat diwawancara si responden menggunakan laptop yang bermerk Toshiba, karna si responden adalah salah satu teman dari peneliti jadi pada saat itu juga langsung ditanyai mengapa menggunakan merk itu. Si responden menjawab dengan alasan karena merk ini bisa awet atau tahan lama. Responden mengatakan bahwa, dia mendapatkan refrensi dari teman teman perkuliahan, dan teman teman yang jauh lebih mengerti dibandingakan dengan responden sendiri.
            Kemudian peneliti mencoba bertanya lagi, bagaimana proses anda dalam pengambilan keputusan dalam pembelian merk Toshiba. Responden kemudian bercerita bahwa, pada awal ia masuk perkuliahan dia tidak mempunyai laptop. Karena tuntutan tugas dan berbagai macam lainya termasuk karena sedikit ada rasa gengsi yang timbul saat pengerjaan tugas kelompok si responden sendiri yang hanya tidak mempunyai laptop. Dari situlah muncul suatu keinginan untuk membeli laptop. Pertama tama responden bertanya kepada teman kostnya tentang merk apa yang bagus dan cocok untuk mahasiswa yang mempunyai tugas. Teman kost responden adalah seorang pengguna laptop acer, teman dari responden tersebut menuturkan bahwa merk laptop Merk Acer mudah rusak dan mudah panas, sehingga harus sring di servis. Teman dari responden tersebut menyarankan laptop yang mempunyai bahan rangka yang tidak mudah panas dan terlihat kokoh. Teman saya lebih menyarankan kepada merk Toshiba yang mempunyai rangka body yang kuat dan tidak mudaha panas.
            Dari pernyataan temannya, responden kemudian berpikir tentang laptop yang ia punya nantinya akan digunakan untuk apa saja. Responden berpikir ia hanya mementingkan tugas kuliah yang dapat diselesaikan dengan cepat dengan adanya laptop, dan kebutuhan lainya yang mungkin tidak terlalu penting dibandingkan menyelesaikan tugas kuliah. Dan laptop yang akan ia beli diperkirakan oleh responden tidak membutuhkan kemampuan sebuah laptop yang tidak terlalu canggih.
            Pencarian informasi yang dilakukan responden juga berasal dari media internet, namun pencarian informasi lewat media internet, dirasa oleh responden kurang terasa dalam pengambilan keputusan pembelian merk laptop. Karna dirasa kurang maka responden mencoba bertanya lebih lanjut kepada teman-teman perkuliahan. Dalam teman-teman perkuliahan tersebuta mayoritas menggunakan laptop yang ber merk Toshiba. Responden mencoba bertanya kepada teman-teman tersebut dan jawaban yang ia dapatkan hampir sama dengan apa yang dikatakan oleh teman kostnya tersebut.
            Namun pencarian informasi tentang merk laptop yang sesuai dengan responden belum berhenti, ia mencoba bertanta kembali kepada teman si responden yang mengethaui tentang teknologi yang lebih dari si responden, dan ditambah lagi teman dari si responden tersebut mengambil jurusan perkuliahan Teknologi Informasi. Dalam perbincanganya, responden lagi lagi diberi saran untuk memilih merk Toshiba sebagai pilihan merk laptop, dengan alasan karna cocok dengan penggunaan yang akan dilakukan si responden. Kemudian pada saat itu, responden memutuskan untuk membeli laptop yang ber merk Toshiba.
            Dalam pembelianya si responden mengajak teman yang berkuliah di jurusan  Teknologi Infomasi tersebut untuk menemani dalam pembelian laptop. Pada saat di toko, responden meminta model mana yang koranya cocok dan mempunyai rangka yang kuat serta awet. Laptopun sudah di beli, setelah selang beberapa bulan kemudian si responden di minta oleh temannyan yang lain dalam pemberian saran laptop yang awet dan tidak mudah rusak.

Kesimpulan
            Dari data di atas, menunjukan bahwa keputusan dalam pembelian merk laptop sangatlah dipengaruhi oleh teman sepergaulan, karna dapat dijadikan tempat refrensi informasi. Ini terbukti dari bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh si responden. Dari pernyataan ini terbukti bahwa pegambilan keputusan konsumen dalam membeli sesuatu dipengaruhi oleh lingkungan pergaulanya atau bisa dikatakan lingkungan sosial yang berada di sekitar konsumen.


Daftar pustaka

Iqbal, M, 2014. “Perilaku Pembelian Laptop”. Universita Brawijaya Malang.
Prayatna, N. U., 2013 “Faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan   pembelian laptop merek Acer di kota Denpasar”. Universitas Udayana, Bali, 2013. 
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008a. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1. Edisi          Keduabelas. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Marketing. Prentice Hall. USA 
Achmad, Andy. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi, dan Psikologis Terhadap keputusan pembelian Semen di Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang.
Salim dan Catherine , PENGARUH CUSTOMER EXPERIENCE DAN KEPERCAYAAN           TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI TX TRAVEL KLAMPIS, Jurusan Manajemen         Perhotelan, Universitas Kristen Petra, Surabaya

Minat Konsumen Dalam Memilih Kartu Provider Handphone Berdasarkan Letak Geografis Konsumen Tinggal

Yosua Gilang Damarjati


Latar Belakang
Dalam era global ini marak bermunculan alat komunikasi yang semakin canggih dan pintar. Pada bidang teknologi komunikasi sangat terasa perkembanganya saat ini. Pada awalnya hanya menggunakan surat tertulis namun sekarang semua media komunikasi dibentuk secara digital. Hal ini memberikan dampak besar pada kehidupan manusia sehari-hari dalam menjalani aktivitasnya.

Dengan hadirnya smart phone dan gadget saat ini menjadikan barang yang utama dalam keseharian. Dengan meningkatnya jumlah pengguna smart phone dan gadget ini maka meningkat pula permintaan pasar pada provider kartu perdana. Kartu perdana merupakan sebuah kebutuhan baru bagi para pengguna gadget atau smart phone untuk mengakses data, berbagai merek kartu perdana pun ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan para pengguna gadget atau smart phone saat ini. Semenjak maraknya penggunaan gadget dan smart phone pada tahun 2013 banyak konsumen membeli kartu perdana dengan banyak alasan dan pertimbangan, ada beberapa pertimbangan mendasar yang digunakan konsumen  dalam memilih kartu perdana antara lain jumlah kuota dalam satu bulan, harga, keterjangkauan sinyal, kecepatan akses data, paket internet. Pada kesempatan kali ini peneliti tertarik untuk mengetahui minat konsumen dalam membeli kartu perdana.

Kita tau bahwa di Indonesia khususnya di Jogja tidak hanya ada satu provider kartu perdana saja dan dari berbagai macam kartu perdana tersebut punya peminatnya sendiri seperti kalangan warga yang tinggal di kaki gunung, kota, pesisir pantai dan perbukitan memiliki pilihan kartu perdana sendiri untuk digunakan. Minat konsumen dalam membeli kartu perdana ini merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi berdasarkan di mana konsumen tinggal. Menurut Kinnear dan Taylor minat membeli adalah merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, salah satu faktor  yang meliputi minat adalah pengalaman. Minat beli konsumen terhadap pembelian kartu perdana ini dapat diidentifikasi melalu indikator minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan baru terhadap sektor bisnis baru yang bisa dijadikan peluang bisnis baru, karena melihat pemakaian gedget dan smart phone saat ini sangat maju dan menjadi trend baru di kalangan anak muda. Selain itu penelitian ini bertujuan mengetahui latar belakang konsumen dalam memilih provider.

Tinjauan Pustaka
Minat konsumen merpakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perilaku dan minat juga meupakan merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan. minat bersifat pribadai, minat menimbulkan efek diskriminatif, rat hubunganya dengan motivasi, mempengaruhi dan dpengaruhi motivas. Menurut Kotler dan Amstrong produk adalah semua hal yang dapat dtiawarkan kepada pasar untk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Harga yaitu seberapa besar harga sebagai pengorbanan konsumen dalam memperoleh manfaat produk yang diinginkan. Harga juga meupakan faktor penting dalam mempengaruhi minat konsumen terhadap barang kebutuhan. Faktor lkasi juga berpengaruh terhadap keputusan yang diambil konsumen untuk membeli suatu produk. (Ujianto;2004)

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mendapatkan data yang mendalam mengenai jenis bisnis provider baru, sehingga metode ini diharapkan peneliti mendapatkan kedalaman mengenai pengaruh seseorang dalam menggunakan jenis provider sebagai pilihan yang baru untuk mengatasi permintaan pasar yang semakin melonjak.

Sampel dan Populasi
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan oleh peneliti adalah mahasiswa dan komunitas pengguna aplikasi dalam gadged atau smart phone seperti instagram, path, line, bbm, youtube, dan aplikasi sosial media yang lain. Peneliti memilih mahasiswa sebagai sampel yang cukup mewakili pengguna gadget dan smart phone di Yogyakarta karena berdasarkan observasi penggunaan gadget atau smart phone pada mahasiswa sangat tinggi dan data dapat dijangkau.

Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam terhadap informan yang akan diwawancarai. Teknik ini dipakai agar informan dapat menjelaskan dan mengembangkan jawaban sehingga peneliti memperoleh data yang mendalam.

Hasil Penelitian
Penelitian ini kami tujukan untuk mengetahui faktor  status dan hubungan dalam masyarakat informasional saat ini dalam pengunaan jejaring sosial. Informal yang kami wawancarai sangat tergantung pada sinyal dan akses data tanpa hambatan yang diinginkan oleh pengguna gadget atau smart phone saat ini yang mempengaruhi pengetahuan dan informasi yang cepat dalam media sosial yang banyak digunakan. Terlebih bagi mahasiswa dan komunitas media sosial untuk memberikan atau mencari informasi yang dibutuhkan seperti lokasi wisata baru yang ditemukan dan dalam periklanan seperti tempat nongkrong, restoran, rumah makan, lokasi pemotretan bagi fotogafer dan kegiatan yang dapat didokumentasikan melalui audio visual secara langsung tanpa ada gangguan. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai komunitas dari komunitas explore jogja pada media sosial instagram, komunitas ini berkecimpung dalam pembuatan video dan pemotretan tempat wisata  yang menjadi tempat wisata baru bagi pengguna instagaram yang lain di wilayah Yogyakarta khususnya. Peneliti menanyakan apa yang melatar belakangi suatu komunitas pengguna gadget atau smart phone menggunakan provider untuk keperluan akses data. Informan menjawab bahwa pemilihan provider tidaklah sangat sembarangan, harus mengetahui keterjangkauan sinyal dan besar kuota yang digunakan untuk kelancaran dan kecepatan dalam meng-update informasi lokasi dan akses jalan menuju tempat yang mereka tawarkan dalam instagram, hal ini yang sangat menentukan seorang pengguna gadget dapat mengungguh video atau foto secara langsung tanpa gangguan sinyal.

Informan yang kedua adalah seorang mahasiswa dari sebuah universitas swasta di yogyakarta. Informan tersebut menjelaskan bagai mana mereka memilih provider dan keinginan apa yang mereka harapkan untuk kelancaran akses data bagi mahasiswa dalam mengerjakan tugas. Dalam penuturan informan tersebut mengatakan bahwa banyak keluhan saat ini terhadap kualitas provider yang mereka gunakan, antara lain adalah akses data yang mereka gunakan saat ini penuh dengan kebohongan dan hanya pembualan iklan saja, banyak hal yang dijanjikan tetapi tidak terlaksana dan hanya sebagai strategi pemasaran sehingga banyak orang tertipu. Mereka mengharapkan keterjangkauan sinyal yang baik sehingga uang yang mereka keluarkan sebanding dengan apa yang mereka dapat. Mereka juga menyampaikan harapan mereka terhadap bisnis iklan dan bisnis penjualan barang melalu bidang online, dengan provider yang dapat mengakses sinyal lebih baik maka mereka dapat menambah keuntungan dalam penyampaian atau periklana mereka. mereka juga mengharapkan inofasi dan fasilitas akses data yang baru sehingga keluhan mereka dapat terpenuhi, sehingga mereka tidak terhambat dalam memberikan dan menyajikan informasi bagi pengguna media sosial lainya. 

Dari ketrangan informan diatas mereka menekankan pada kualitas, kualitas adalah totilatas fitur dan  karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Proses keputusan dalam melihat kualitas ini melalui proses keputusan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi produk dan jasa akan dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu kegiatan pemasaran yang dilakukanoleh produsen dan lembaga lainya, faktor perbedaan individu konsumen, faktor kebutuhan, pencarian informasi, evalasi aternative, pembelian, dan keputusan konsumen.

Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, peneliti menemukan bahwa konsumsi suatu barang terpengaruh oleh segi status, hal ini yang menjadi lahan bisnis adalah kecepatan koneksi dalam masyarakat jejaring yang sangat informasional untuk mengakses dan menggunakan data secara luas sehingga status dapat terbentuk melalui koneksi yang akurat.

Daftar Pustaka
M. Syarifah (2012);Kajian Pustaka A. Landasan Teori A. 

KEPUASAN KONSUMEN BERTRANSAKSI DI PERUSAHAAN PT. ASTRA MOTOR

Di era modern saat ini, manusia pasti membutuhkan yang namanya teknologi untuk melalukan sehari hari. Salah satunya transportasi. di indonesia, rata-rata masyarakat hampir memiliki kendaraan dan sebagian besar adalah motor.  Selain praktis, konsumen lebih muda untuk mencapai tujuan. dengan adanya transportasi motor, penjualan motor di indonesia sangat meningkat contohnya di tahun 2014 penjualan sepeda motor Honda sebesar 5.051.100 unit atau pencapaian pertama dalam sejarah penjualan tertinggi Honda di dunia. Pencapaian ini juga mengukuhkan kepemimpinan Honda di pasar motor nasional dengan 64,2% pangsa pasar.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI), penjualan sepeda motor nasional hanya tumbuh 1,2% dari 7.771.014 unit pada 2013 menjadi 7.867.195 unit pada 2014. Kinerja penjualan sepeda motor Honda tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan pasar nasional yaitu sebesar 7,5% dari 4.700.871 unit pada 2013 menjadi 5.051.100 unit.
Penyumbang terbesar penjualan sepeda motor Honda ini berasal dari 5 model terlaris yaitu Honda BeAT FI sebesar 2.117.948 unit, Honda Vario series sebesar 1.454.685 unit, Honda Supra series sebesar 368.159 unit, Honda Revo series sebesar 322.682 unit, dan Honda Scoopy sebesar 285.830 unit. Dengan banyaknya  unit motor honda yang terjual di Indonesia pada tahun 2014 , PT astra motor meraup keuntungan sebesar kurang lebih menjadi Rp 201,7 triliun. Keuntungan PT astra motor mengalami peningkatan sebesar 4% dari tahun sebelumnya.
Dari data yang dikumpulkan, penyebaran kuisoner ke  35 orang yang menggunakan motor honda 24 kuisoner mengeluarkan biaya kurang lebih 800 ribu dan 11 kuisoner mengeluarkan biaya 550 ribu untuk melakukan servis setiap tahunnya. Dalam setiap tahunnya 18 kuisoner  melakukan servis secara teratur  1 kali setiap 2 bulannya. Sedangkan 11 kuisoner tidak teratur  melakukan servis. (3-4 bulan)



Dari hasil data yang di kumpulkan rata rata kuisoner sering mengganti onderdil seperti oli,kampas rem,kampas cakram, kampas kopling. Adapun kepuasan konsumen yang melalukan servis di PT astra motor honda :
(Tjiptono, 2002) menyatakan harapan konsumen dibentuk dan didasarkan oleh beberapa faktor diantaranya pengalaman berbelanja dimasa lampau, opini teman dan kerabat serta informasi dan janji-janji perusahaan dan pesaing. Secara konseptual, kepuasan konsumen dapat dogambarkan sebagai berikut : Konsumen memulai aktifitas dalam interaksi pasar berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan akan barang dan jasa, kebutuhan ini mendorong produsen yaitu perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa tersebut. Sejalan dengan munculnya kebutuhan dan keinginan, maka dalam diri pelanggan juga muncul harapan-harapan mengenai barang dan jasa yang nantinya akan diterima dari produsen. Tujuan perusahaan adalah memberikan kepuasan pada konsumen melalui produk yang ditawarkan dan produk yang memiliki nilai lebih akan memberi kepuasan lebih juga bagi konsumen.
 Nilai produk dapat dipenuhi Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan melalui peningkatan kegunaan produk. Hal inilah yang menjadi dasar bagi suatu produsen atau perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen akan barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan konsumen.
Penilaian kepuasan konsumen mempunyai tiga bentuk yang berbeda yaitu:
a. Positive disconfirmation, dimana kinerja lebih baik dari harapan.
b. Simple confirmation, dimana kinerja sama dengan harapan.
c. Negative disconfirmation, dimana kinerja lebih buruk dari harapan.
Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah menciptakan para konsumen yang merasa puas. Setiap orang atau organisasi (perusahaan) harus bekerja dengan konsumen internal dan eksternal untuk memenuhi kebutuhan mereka bekerjasama dengan pemasok internal dan external demi terciptanya kepuasan konsumen.
Terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya
(Tjiptono, 2002) :
a. Hubungan perusahaan dengan konsumen menjadi harmonis.
b. Memberikan dasar yang baik bagi pembeli ulang.
c. Dapat mendorong terciptanya loyalitas konsumen.
d. Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang
menguntungkan perusahaan.
e. Reputasi menjadi baik dimata konsumen.
Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen

Kualitas pelayanan merupakan tolak ukur dalam menentukan minat yang memberikan referensi positif atau tidak seseorang pengguna jasa, karena melalui kualitas pelayanan akan dapat merasakan puas atau tidaknya mereka dengan layanan yang diberikan oleh penyedia jasa. Menurut (Kotler, 2006) kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan diakhiri pada persepsi pelanggan, artinya citra kualitas yang baik tidak berdasar penyedia jasa, akan tetapi berdasar persepsi pelanggan. 
Kualitas pelayanan digambarkan sebagai sesuatu pernyataan sikap, hubungan yang dihasilkan dari perbandingan antara harapan dengan kinerja. Hasil penelitian M. Asegaff (2009) dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan, menunjukkan bahwa kualitas pelayanan (keandalan, ketanggapan, kepastian, emphaty dan berwujud) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
 Sejalan juga dengan hasil penelitian Wuryanti (2010), yang berjudul Membangun Kepuasan Pelanggan pada PT. PLN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Demikan juga penelitian Saptana Wulan (2010) dengan judul Analisis Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan PT. PLN Cabang Tanjungkarang, menunjukkan bahwa kualitas pelayaan yang diberikan perusahaan cukup mampu memuaskan pelanggan.
Menurut penelitian Rizan dan Arraysid (2008) dengan judul Analisis Asosiasi Merek, Nilai Produk dan Kualitas Pelayanan serta Pengaruhnya terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Sepeda Motor, menunjukkan hasil bahwa kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen, dan demensi yang pengaruhnya kuat adalah fisik dan empati

Dari data yang dihasilkan, sebagian besar responden lebih memilih melakukan servis teratur yang di anjurkan oleh dealer PT astra motor. perusahaan juga membutuhkan saran dari konsumen mengenai produk yang telah beli agar perusahaan dapat mengetahui kekurangan dari produk yang diproduksi. Agar kedepannya konsumen lebih puas dengan apa yang berikan perusahaan. 


DAFTAR PUSTAKA :

OLEH : GARRI TONDOK
NPM   :    131005157

Minggu, 19 April 2015

PERKEMBANGAN TEMPAT NONGKRONG DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN KONSUMEN

Pendahuluan
Sifat manusia yang tidak pernah puas dalam memenuhi kebutuhan memiliki dampak besar terhadap pertumbuhan kafe di Yogyakarta, banyaknya mahasiswa dari luar kota yang datang ke Yogya menyebabkan kebutuhan akan adanya kafe semakin besar. Budaya Nongkrong di Indonesia sudah menjadi sebuah kebutuhan utama dalam kehidupan bersosialisasi. Nongkrong dengan teman lebih banyak dilakukan di luar biasanya di kafe atau tempat tempat yang mempunyai fasilitas untuk melakukan kegiatan nongkrong.
 Hal ini membuat banyaknya pengusaha yang membuat kafe untuk memenuhi kebutuhan akan tempat dimana mahasiswa di Yogya bisa berkumpul untuk makan atau sekedar bercengkrama. Nongkrong di café sekarang sudah berubah menjadi budaya di kalangan masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa terlebih di Yogyakarta,  bahkan bukan hanya tempat nongkrong yang disebut kafe yang sekarang ada banyak tetapi minimarket sudah mengalami perubahan karena fenomena ini, kita bisa liat seperti indomaret,circle K, alfamart dan minimarket lainnya semua mengubah konsep mereka dari sekedar tempat untuk orang berbelanja barang menjadi tempat nongkrong.
Fenomena tempat nongkrong bisa memenuhi kepuasan manusia menurut Maslow salah satunya tentang kebutuhan sosial dengan nongkrong manusia bisa saling berinteraksi dan mempunyai banyak teman.
Mahasiswa menjadi sasaran utama dalam mencapai keuntungan pengusaha dalam membuka tempat nongkrong karena mahasiswa dianggap mewakili kaum muda yang mempunyai banyak pergaulan.
Menurut Suwarman (2003), segencar apapun persaingan yang ada di  pasar, konsumen tetaplah sebagai penentu dalam membuat keputusan pembelian. Pilihan-pilihan produk yang ditawarkan secara tidak langsung akan mempengaruhi pengambilan keputusan membeli bagi konsumen.
Tempat nongkrong yang ada di Yogyakarta juga memiliki tingkat sosial yang berbeda, ini bisa dilihat dari segi harga,tempat dan pelayanan. Tempat Nongkrong bisa membuat status sosial di masyarakat terlebih di kalangan mahasiswa, contohnya Starbucks yang harganya mencapai 30 ribu untuk segelas kopinya membuat mahasiswa yang membeli disana akan mendapat pandangan yang berbeda daripada mahasiswa yang membeli kopi di angkringan atau tempat nongkrong biasa. Budaya nongkrong di kalangan mahasiswa menjadi suatu tren yang sangat berkembang, Dalam penelitan ini peniliti ingin mengamati keputusan mahasiswa sebagai konsumen dalam memilih tempat nongkrong.
Dasar Teori
Gaspers (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan konsumen
sangat bergantung kepada persepsi dan harapan konsumen. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen antara lain :
a.      Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan konsumen ketika sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen produk.
b.     Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya.
c.      Pengalaman dari teman-teman.
Peneliti juga memakai teori dari Knowles untuk dasar kebutuhan manusia untuk dikaitkan dengan kepuasan konsumen
Knowles membagi kebutuhan dasar manusia atas beberapa macam, diantaranya :
1.      Kebutuhan fisik.
Kebutuhan ini yang paling mudah dilihat. Dalam hubungan dengan pendidikan, maka kebutuhan itu meliputi kebutuhan untuk melihat, mendengar, beristirahat. Jika tulisan terlalu kecil, suara terlalu pelan, jika kursi terlalu keras orang cenderung tidak merasa senang, sehingga tidak dapat mengkonsentrasikan dirinya kepada belajar. Kebutuhan fisik merupakan sumber motivasi pada sebagian tindakan manusia.



2.      Kebutuhan berkembang.
 Menurut para ahli psikologi dan psikiatri kebutuhan untuk berkembang merupakan kebutuhan yang paling dasar dan universal. Orang dewasa yang merasa tidak mempunyai masa depan untuk berkembang, kehidupan akan tidak berguna. Kebutuhan untuk berkembang ini adalah merupakan dorongan yang kuat untuk belajar, karena pada dasarnya, pendidikan adalah perkembangan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan , sikap dan minat. Belajar sesuatu yang baru akan memberikan rasa berkembang bagi seseorang.

3.      Kebutuhan rasa aman.
 Kebutuhan rasa aman termasuk kebutuhan rasa aman baik fisik maupun psikologis. Oleh karena adanya kebutuhan ini, maka kita merasa aman dalam pekerjaan yang ditata secara teratur dan sistematik. Dengan kebutuhan ini, kita ingin mengetahui dimana dapat memperoleh sesuatu, apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating. Demikian pula biasanya kita akan menolak cara baru walaupun cara lama lebi h baik, karena kita ingin lebih aman dengan cara yang sudah pernah kita lakukan. Apabila rasa aman itu terganggu, maka akan ada kecenderungan kita untuk menarik diri berbpartisipasi atau kita mencari jalan lain yang berlawanan yaitu dengan cara mencari per lindungan dalam bentuk diawasi atau didominasi oleh orang lain.

4.      Kebutuhan untuk memperoleh pengalaman baru.
Berlawanan dengan kebutuhan rasa aman, maka manusia sering melakukan cara berlawanan, yaitu dengan mencari petualangan atau melakukan sesuatu yan g mengandung resiko. Manusia cenderung merasa bosan dengan terlalu banyak yang rutin atau terlalu banyak rasa aman. Apabila betuhan untuk memperoleh pengalaman baru dihalangi, maka dapat mengakibatkan perbuatan yang acuh, impulsive dan tersinggung. Adanya kebutuhan untuk mencari pengalaman baru ini, maka orang didorong untuk mencari kawan baru, minat baru, cara-cara baru, dan gagasan baru.

5.      Kebutuhan afeksi.
 Setiap orang ingin disenangi walaupun untuk menuju kesitu kadang-kadang menunjukan keinginan yang berlawanan. Apabila orang merasa tidak disukai, atau kebutuhan afeksinya dihalangi, maka mereka akan merespon dalam dua bentuk perilaku yang ekstrim. Pertama, mereka menarik diri atau bersifat agresif. Kedua, mereka akan memilih jalan tengah yaitu dengan p erilaku yang berpura-pura.

6.      Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan.
Setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk dipuji dan dihormati oleh orang lain. Keinginan ini mendorong orang untuk memperoleh kedudukan dalam kelompok sosialnya, lembaganya dan masyarakatnya. Dengan klata lain mendorong orang untuk mencari status dan perhatian orang lain. Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan ini apabila dihalangi, maka orang itu merasa tidak punya harga sehingga ia menarik diri atau ia berusaha untuk memperoleh perhatian.

Metodologi Penelitian
Penulis memakai Metode Penelitian kualitatif berupa wawancara, melalui wawancara peneliti ingin mendalami bagaimana konsumen memilih dan melihat fenomena tempat nongkrong sekarang ini
Subjek Penelitian
Peneliti memilih 5(lima) tempat berbeda yaitu Starbucks Ambarukmo Plaza, Singgah Coffee yang berada di tambak bayan, Indomaret Point, Angkringan Kali code dan Kedai Kopi Gejayan Yogyakarta, peneliti memasukkan indomaret point karena Indomaret point mewakili minimarket yang berkembang menjadi tempat nongkrong. Subyek Penelitian ini peneliti mewawncarai 2 orang dari masing-masing tempat sebagai sample dalam penelitian ini.


Variabel Penelitian.
Peneliti ingin mengaitkan fenomena nongkrong yang ada dalam masyarakat dengan kepuasan konsumen dalam teori Gaspers dan kebutuhan untuk memperoleh pengakuan dari teori Knowles.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui alasan konsumen memilih tempat nongkrong dan mengetahui seberapa besar dampak fenomena nongkrong dalam perkembangan tempat nongkrong di Yogyakarta.
Hasil Pembahasan dan Penelitian
Penelitian ini menemukan adanya kecenderungan mahasiswa memilih tempat nongkrong disebabkan oleh fasilitas serta harga yang cocok untuk ekonomi mereka. Fenomena tempat nongkrong membuat kelas sosial sendiri dikalangan konsumennya, ini terlihat dari harga dan fasilitas yang diberikan Starbucks yang memiliki fasilitas yang memadai dan bertempat di mall mematok harga yang lebih tinggi daripada empat tempat lainnya sehingga konsumen yang membeli di starbucks cenderung dianggap eksklusif sedangkan untuk Indomaret Point, Singgah coffee dan Kedai Kopi adalah tempat untuk kalangan menengah ke bawah karena dari harga yang terjangkau dan fasilitas yang memadai. Berbeda dengan angkringan di kali code, konsumen yang datang kesini memang hanya untuk bersosialisasi langsung dengan yang lain tanpa memirkan fasilitas yang menunjang, dari sisi harga angkringan kali code memilih menjual sangat murah.
Mahasiswa yang memilih di starbucks mendapatkan respon yang berbeda dari yang lain, ketika mereka berada di starbucks dan menyebarkannya melalui media social seperti path mereka mendapatkan kebanggaan tersendiri daripada tempat lainnya. Hal ini disebabkan oleh brand Starbucks sudah dikenal di seluruh dunia sehingga membuat mahasiswa yang datang ke starbucks termasuk golongan kelas sosial menengah ke atas. Hal ini membuktikan bahwa fenomena nongkrong membuat kelas sosial yang berbeda.
Pengaruh kualitas juga mempengaruhi keputusan reponden dalam memilih tempat. Responden cenderung memilih tempat nongkrong yang mempunyai fasilitas yang cukup seperti wifi dan tempat yang nyaman oleh karena itu mereka lebih memilih café atau minimarket yang menyediakan fasilitas tersebut. Sedangkan untuk kalicode yang tidak menyediakan fasilitas tersebut konsumen yang datang juga mempunyai motivasi yang berbeda yaitu hanya untuk bertemu dan sekedar mengobrol dengan kerabat mereka.
Fenomena gaya hidup nongkrong juga berdampak besar bagi perkembangan tempat nongkrong di Yogyakarta, banyak pengusaha yang menyediakan fasilitas untuk memebuhi kebutuhan konsumen yakni mahasiswa. Mahasiswa memerlukan tempat dimana mereka bisa bersosialisasi dengan yang lain dilengkapi oleh fasilitas yang menunjang,            
Konsumen tidak menyadari berkembangnya budaya nongkrong yang terjadi, karena budaya nongkrong dianggap sudah biasa seiring berkembangnya jaman. Konsumen menganggap nongkrong adalah kegiatan dimana mereka bisa bersosialisasi atau berhubungan, berkembangnya tekhnologi dan perubahan budaya yang serba instant membuat tempat nongkrong menjadi suatu solusi dimana mereka bisa berinteraksi dengan lainnya.

Daftar Pustaka
-          Gaspers ( Nasution 2005)


BRIAN CHRISTIAN