Oleh : Ewaldus Derian Bhawesya
Perubahan gaya
hidup terjadi di masyarakat Indonesia yang sekarang cenderung konsumtif
yang menyebabkan peningkatan intensitas membeli makanan dan minuman. Perubahan
gaya hidup berarti mengubah pola makan individu. Pola makan merupakan suatu
bentuk kebiasaan individu yang setiap hari dilakukan. Selain itu pola makan
praktis juga membuat peningkatan pertumbuhan restoran terus meningkat begitu
juga dengan restoran fast food, contohnya saja pada tahun 2014, Kentucky Fried
Chicken sudah membuka sekitar 520 gerai mereka di 103 kota yang sudah tersebar
di Indonesia dengan rata-rata pengunjung tiap bulan mencapai 16.000-17.000 (sumber:kontan).
Selain itu fast food di Indonesia pada tahun 2013 dapat meraup pendapatan
sebanyak Rp 3,96 triliun (sumber : market bisnis).
Dengan perubahan
pola makan tersebut membuat meningkatnya restoran fast food, membuat konsumen
lebih selektif dalam mengambil keputusan pembelian. Maka dari itu peneliti ingin
mencari tindakan sosial yang dilakukan konsumen dalam mengkonsumsi fast food.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan factor sosial dalam pola
sarapan konsumen di restoran fast food.
Data yang dikumpulkan merupakan
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner yang disebarkan
kepada 30 responden. Untuk data sekunder diambil dari penelitian terdahulu yang
berguna untuk mendukung penelitian ini. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
menggunakan teknik distribusi frekuensi. Teknik ini merupakan pengelompokan
data ke dalam beberapa kategori, yang menunjukkan banyaknya data dalam setiap
kategori. Teknik analisis ini dipakai karena penelitian ini hanya ingin
mendapatkan gambaran dari suatu fenomena sosial. Pada tahap penyajian data akan
disajikan menggunakan diagram.
Dari penyebaran kuisioner ke 30 responden, untuk gambaran
responden yang melakukan sarapan di McDonald paling banyak merupakan responden
yang memiliki pengeluaran di atas Rp 2.000.000,’ sebesar 16 responden, dan 12
responden yang memiliki total pengeluaran tiap bulan Rp 1.000.000,’ – Rp 2.000.000,’.
Dari data yang didapat bahwa responden yang tidak
memiliki kebiasaan sarapan sebesar 18 responden dan 12 responden untuk yang
terbiasa sarapan. Sedangkan sebesar 19 keluarga responden menyatakan bahwa
keluarga mereka memiliki kebiasaan untuk sarapan.
Setelah itu, responden yang menyatakan lebih sering
sendiri dalam sarapan sebanyak 5 orang, sedangkan sisanya tidak seorang diri.
Kemudian 15 responden menyatakan biasanya sarapan bersama keluarga, 11 responden
bersama teman, dan 4 responden yang tersisa lebih sering sarapan seorang diri.
Terkait dengan alasan respoden memilih McD sebagai
tempat sarapan, sebanyak 10 responden menjawab bahwa waktu dan lokasi menjadi
alasan mereka untuk datang ke McD saat sarapan. Setelah itu 9 responden datang
ke McD saat sarapan karena ajakan orang lain, untuk masalah rasa & menu, 8
responden memilih jawaban tersebut. Tiga responden tersisa memilih harga
sebagai bahan pertimbangan saat sarapan di McD.
Dari data di atas dapan disimpulkan bahwa responden
memiliki aspek sosial disaat melakukan sarapan, yang terlihat dari
kecenderungan mereka yang melakukan sarapan dengan orang lain. Selain itu pola
perilaku sarapan mereka ternyata kebanyakan dimulai dari keluarga yang kemudian
berlanjut hingga terbangun kebiasaan untuk sarapan. Selain untuk alasan
responden dalam sarapan di McD alasan waktu & lokasi dengan ajakan orang
lain hanya berbeda 3%, sehinnga dari keseluruhan data dapat disimpulkan bahwa
pola sarapan dapat terbentuk karena factor sosial. Hasil penelitian ini bisa
digunakan untuk bahan pertimbangan usaha berjualan makanan sarapan dalam
mengetahui segmentasi pasar mereka.
Daftar Pustaka
Noverius, Laoli.
2011. Persaingan Restoran Cepat Saji Makin Marak. Berita. http://industri.kontan.co.id/news/persaingan-restoran-cepat-saji-kian-marak-1.
Adisti, Indeswari.
2013. Fast Food Akan Membuka 30 Gerai di 2014. Berita. http://industri.kontan.co.id/news/fast-food-akan-membuka-30-gerai-di-2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar