Selasa, 17 Maret 2015

Kompas Sebagai Koran Kalangan Menengah Ke Atas


Seiring berkembangnya teknologi dan informasi, kehadiran surat kabar atau yang biasa disebut koran tetap tidak tergantikan. Koran masih diminati karena berbagai macam alasan salah satunya adalah terdapat rubrik lowongan pekerjaan dan iklan. Tidak seperti koran elektronik yang tidak menyediakan konten tersebut. Seorang pembaca biasanya hanya membaca satu atau beberapa koran dan biasanya pemilihan koran tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Untuk itu, dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan di sebuah toko koran dan majalah di daerah Pringwulung, Yogyakarta sebanyak 30, kami mendapatkan data mengenai perilaku konsumen dalam memilih koran hubungannya dengan kelas sosial.



Dari Diagram tersebut dapat dilihat pegawai swasta lebih banyak membaca Kedaulatan Rakyat. Buruh atau petani lebih banyak membaca koran Merapi, sedangkan pensiunan lebih banyak membaca kompas.


Faktor harga sebagai salah satu alasan utama buruh atau petani dan juga pegawai swasta dalam membeli suatu koran. Berbeda dengan kalangan pensiunan, wiraswasta dan ibu rumah tangga yang mementingkan kualitas isi dari sebuah koran.


Koran Kompas paling sering dibeli oleh kalangan yang berpendapatan Rp 2.000.000,’ ke atas, sedangkan pada pendapatan Rp 1.000.000,’ - Rp 2.000.000,’ membeli Kedaulatan Rakyat dan Merapi.


Penduduk dengan pendapatan Rp 1.000.000,’ sampai Rp 2.000.000,’ mementingkan faktor harga dalam memilih koran, sedangkan untuk pendapatan diatas Rp 2.000.000,’ mementingkan kualitas isi dari sebuah koran untuk dibeli.


Kompas menjadi koran peringkat pertama yang dibeli oleh kalangan menengah ke atas ( > Rp 2.000.000,') dengan alasan kualitas isi. Sedangkan Kedaulatan Rakyat berada di peringkat berikutnya yang dibeli oleh kalangan menengah kebawah ( < Rp 2.000.000,') dengan motivasi harga dan cakupan berita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar